Banyak Pasien Gagal Ginjal Meninggal karena Serangan Jantung, Apa Penyebabnya?

 

Banyak Pasien Gagal Ginjal Meninggal karena Serangan Jantung, Apa Penyebabnya?

Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. Organisasi kesehatan dunia WHO melaporkan 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular pada tahun 2012, atau diperkirakan 3 dari 10 kematian yang terjadi. Di Indonesia, angka kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada tahun 2018 mencapai 1,5% dengan kasus serangan jantung mencapai 14%.

Pasien penyakit ginjal kronik (PGK) atau lebih dikenal dengan gagal ginjal, memiliki risiko tinggi terkena serangan jantung dan saat terkena serangan jantung juga memiliki risiko untuk mendapatkan komplikasi sampai dengan kematian. Beberapa studi sebelumnya melaporkan terdapat proses inflamasi kronik melalui peningkatan aktivitas kemotaksis, peningkatan tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), interleukin-1 beta (IL-1β), dan interleukin-6 (IL-6) di dalam arteri pada pasien PGK. Proses tersebut mengakibatkan rusaknya endotel pembuluh darah sehingga mengakselerasi terjadinya proses aterosklerosis yang diperkirakan berhubungan dengan keparahan penyakit jantung koroner.

Beta2-mikroglobulin (β2-M) merupakan sebuah polipeptida yang ditemukan pada semua sel berinti dan trombosit, serta berpotensi untuk menjadi penanda inflamasi lokal atau sistemik. Peningkatan molekul β2-M yang dimodifikasi oleh Advance glycation end products (AGEs) berdampak pada peningkatan TNF-α, IL-1β, serta IL-6 di dalam arteri sehingga terjadi proses inflamasi kronik yang merusak endotel pembuluh darah. Hal tersebut memicu rekrutmen makrofag dan limfosit ke pembuluh darah yang telah mengalami kerusakan endotel serta penumpukan lipid sehingga mempercepat terbentuknya plak aterom serta kekakuan pembuluh darah.

Fibroblast growth factor 23 (FGF23) diproduksi oleh osteoklas ketika kalsitriol meningkat dan memiliki peran untuk meregulasi fosfor dan metabolisme vitamin D serta memiliki pengaruh penting dalam homeostatis fosfat. Pada pasien PGK, FGF23 dapat memengaruhi terjadinya gangguan kardiovaskular karena perubahan komponen mineral metabolisme terutama pada kondisi chronic kidney disease-mineral and bone disorders (CKD-MBD).

Angka kejadian dan kematian pasien sindrom koroner akut dengan PGK masih cukup tinggi, sehingga perlu dicari prediktor luaran penyakit yang dapat digunakan sebagai pertimbangan para klinisi dalam melakukan tindakan pencegahan, penatalaksanaan, dan penentuan prognosis. Derajat keparahan koroner dan major adverse cardiovascular event (MACE) merupakan luaran penting pasien sindrom koroner akut yang harus diperhatikan oleh klinisi dalam menentukan terapi. Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan sebuah penelitian untuk mempelajari peran inflamasi kronik dan CKD-MBD melalui β2-M dan FGF23 pada patofisiologi aterosklerosis dan prognosis sindrom koroner akut dengan PGK.

Peneliti sekaligus staf pengajar dari Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit FKUI-RSCM, dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV, kemudian melakukan penelitian untuk menjawab fenomena tersebut dengan menggunakan β2-M sebagai penanda peradangan dan FGF23 sebagai penanda proses CKD-MBD. Pasien serangan jantung dengan gagal ginjal dievaluasi dan periksa darahnya.

Hasil penelitian kemudian menemukan sebuah teori baru yaitu reaksi peradangan akut yang timbul saat serangan jantung, yang semakin hebat reaksi peradangannya sejalan dengan bertambahnya stadium gagal ginjal pasien. Komplikasi dan kematian yang terjadi juga menjadi semakin berat. Penelitian ini juga membuktikan bahwa proses kronik memang terjadi pada gagal ginjal sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner, penebalan otot jantung, dan gagal jantung. Namun, proses ini membutuhkan waktu lama untuk dapat menyebabkan komplikasi pada saat terjadi serangan jantung. Penelitian juga mengungkap bahwa serangan jantung menyebabkan reaksi sistemik peradangan akut yang terjadi diatas proses kronik yang sedang terjadi sehingga menyebabkan komplikasi dan kematian lebih banyak.

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV pada sidang promosi doktoralnya, Kamis (23/5/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Pengaruh Beta2-Mikroglobulin dan Fibroblast Growth Factor 23 terhadap Keparahan Koroner dan Major Adverse Cardiac Event pada Pasien Sindrom Koroner Akut dengan Penyakit Ginjal Kronik” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji adalah Prof. Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. dr. Suzanna Immanuel, SpPK(K); Dr. dr. Kuntjoro Harimurti, SpPD-K.Ger; dan Dr. dr. Taufik Indrajaya, SpPD-KKV (Universitas Sriwijaya).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB selaku ketua sidang mengangkat dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Melalui sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD-KKV dan ko-promotor Dr. dr. Muhammad Yamin, SpJP(K) dan Dr. dr. Aida Lydia, SpPD-KGH, PhD berharap hasil penelitian ini dapat menjelaskan mengenai pengaruh β2-M dan FGF23 terhadap keparahan koroner dan kejadian MACE sehingga klinisi dapat mempertimbangkan tindakan intervensi sedini mungkin pada pasien PGK.

Hasil penelitian ini juga sangat bermanfaat di dunia kedokteran karena telah berhasil menguak penyebab banyaknya pasien gagal ginjal yang mengalami komplikasi dan kematian saat terjadi serangan jantung.

Penelitian yang Dr. dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV lakukan menambah cakrawala baru tentang proses peradangan akut yang sangat tinggi terjadi pada pasien serangan jantung, yang juga mengalami gagal ginjal sebelumnya.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya guna menemukan obat, metode atau teknik untuk mencegah atau menekan reaksi peradangan akut. Tujuan utamanya tentu saja untuk mengurangi kematian dan kesakitan pada pasien gagal ginjal terutama saat terjadi serangan jantung.

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: