Belajar dari Rumah Perubahan Rhenald Kasali

 

Belajar dari Rumah Perubahan Rhenald Kasali

Berawal dari komunitas tani organik, Rumah Perubahan terus mengembangkan sayapnya. Saat ini, sekitar lima hektar kawasan perkampungan di salah satu sudut Bekasi itu telah disulap menjadi sebuah tempat yang sangat inspiratif. Didirikan oleh Prof. Rhenald Kasali, Rumah Perubahan saat ini ditujukan sebagai wadah pengabdian masyarakat. Sebuah wadah yang dibangun dengan tujuan menjadi contoh social entrepreneurship di Indonesia.

Banyak yang telah dihasilkan oleh Rumah Perubahan. Sebut saja, bahan-bahan pangan organik serta berbagai komoditas ikan seperti lele, patin, bawal, dan gurame. Ada pula tempe yang diproduksi Rumah Tempe di sana. Tak hanya itu, Rumah Perubahan telah melahirkan sejumlah komunitas seperti komunitas pengolah sampah, komunitas entrepreneur modern, dan komunitas penulis perubahan. Menurut Rhenald, Indonesia sebenarnya tidak kekurangan wirausahawan. Kita bisa melihat dan menemukan orang berjualan di mana-mana. “Indonesia tidak miskin jumlah entrepreneur, tapi miskin entrepreneurship,” kata Rhenald dalam acara pembekalan calon peserta Kuliah Kerja Nyata UI di Rumah Perubahan, Minggu (18/5/2014).

Aspek-aspek yang dikembangkan di Rumah Perubahan adalah kemandirian, inovasi, dan orientasi pada hasil dan tindakan nyata. Dengan padang rumput yang asri, kolam ikan, sungai, hutan mini, serta persawahan, Rumah Perubahan telah menjadi tempat melakukan banyak aktivitas. Untuk menikmati fasilitas-fasilitas tersebut, anak-anak yang datang tidak dipungut biaya. Tak sedikit calon wirausahawan, guru, pekerja sosial, pelajar, dan mahasiswa yang pernah mendapatkan pelatihan di sana. “Kita harus menjadi bagian dari solusi,” kata Rhenald lagi.

Lebih lanjut Rhenald menekankan bahwa Rumah Perubahan bukanlah lembaga sosial, tetapi social enterprise. Meskipun melakukan kegiatan-kegiatan sosial, Rumah Perubahan juga mencari keuntungan. Keuntungan yang didapatkan dari Rumah Perubahan ia gunakan untuk membayar gaji pegawai dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Rumah Perubahan antara lain menjual bahan pangan organik yang diproduksi di sana serta memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat. Saat ini terdapat lebih dari 100 karyawan yang bekerja di Rumah Perubahan. Mereka adalah warga masyarakat yang bertempat tinggal tak jauh dari sana. “Kami menerapkan prinsip korporasi, jadi harus efisien,” ungkap Rhenald.

Tak jauh dari sana, Guru Besar Fakultas Ekonomi UI tersebut bersama istri, Elisa Kasali, juga mendirikan dan mengelola Yayasan Rumah Perubahan. Yayasan Rumah Perubahan menaungi sebuah rumah baca dan menyelenggarakan pendidikan TK-PAUD Kutilang Rumah Perubahan untuk anak-anak keluarga kurang mampu di daerah itu. Lebih lanjut, Rhenald berpesan, untuk menjadi seorang entrepreuner, terutama social entrepreuner, seseorang harus dapat cepat melihat peluang dan solusi dari masalah, selain keberanian dan kemandirian. “Every single problem is opportunity,” pungkasnya. (KHN)

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: