Dosen FKUI Ciptakan Alat Latihan Kardiorespirasi Berbasis Pijak Kaki

 

Dosen FKUI Ciptakan Alat Latihan Kardiorespirasi Berbasis Pijak Kaki

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali menambah daftar penerima gelar Doktor. Senin (1/7/2019), FKUI mengangkat dr. Listya Tresnanti Mirtha, SpKO sebagai Doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Model Alat Latihan Kardiorespirasi Berbasis Pijak Kaki Kinesia: Efektivitas terhadap Peningkatan Kebugaran Jasmani Pekerja Duduk”.

Disertasi tersebut berhasil dipertanggung jawabkan dengan baik di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dan anggota tim penguji Dr. dr. Basuni Radi, SpJP(K); Dr. dr. Dewi S. Soemarko, MS, SpOk; Dr. dr. Ani Retno Prijanti, MS; Dr. dr. M. Irfanuddin, M.Pd.Ked, SpKO (Universitas Sriwijaya); dan Dr. Ramdan Pelana, M.Or(Universitas Negeri Jakarta).

Disertasi dr. Listya atau yang akrab disapa dr. Tata, menyoroti kondisi kurang bergerak yang banyak dialami para pekerja duduk. Kondisi kurang bergerak memiliki dampak kesehatan yang besar seiring dengan modernisasi dan perkembangan teknologi yang kian pesat. Kondisi kurang bergerak menjadi salah satu tantangan terbesar dalam kesehatan karena insiden penyakit kronik dan kesehatan mental yang buruk memiliki hubungan dengan perilaku kurang bergerak dan terlalu banyak duduk. Perubahan ini lambat laun berpengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada pekerja. Padahal di sisi lain, pekerja merupakan kelompok potensial bagi perekonomian masyarakat yang diharapkan selalu sehat.

Pekerja adalah populasi usia produktif yang sangat berisiko kesehatan karena aktivitas yang kurang bergerak, stres, konsumsi alkohol, merokok, dan pola diet yang tidak teratur. Prevalensi penyakit tidak menular pada populasi usia produktif ternyata juga berpengaruh pada produktivitas kerja. Penyakit tidak menular, terutama penyakit kardiovaskular dilaporkan bertanggung jawab atas 64% angka mortalitas global selama tahun 2014, dengan lebih dari 80% kematian yang terjadi di negara berkembang. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2013 disebutkan sejumlah 26,1% penduduk di Indonesia tergolong kurang aktif dan ternyata 2 dari 5 penduduk di kota Jakarta menghabiskan waktu 3 sampai 5,9 jam tiap harinya untuk berperilaku inaktif.

Perilaku inaktif menjadi sebuah kendala yang banyak dihadapi oleh pekerja karena waktu kerja berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia adalah 8 jam/hari selama 5 hari/minggu. Sebagian besar waktu bangun pekerja akan dihabiskan di tempat kerja dengan aktivitas sedenter berupa duduk. Waktu menjadi kendala utama bagi pekerja melakukan latihan fisik demi meningkatkan kebugaran jasmani, yang diketahui berbanding lurus dengan produktivitas.

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan tingkat kebugaran kardiorespirasi. Tingkat daya tahan kardiorespirasi yang rendah merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Beberapa bukti telah menyatakan budaya gaya hidup sehat aktif akan mengurangi 6–10% berkembangnya penyakit tidak menular serta dapat meningkatkan usia harapan hidup. Namun, sebagian besar intervensi berupa penyediaan fasilitas latihan fisik letaknya terpisah dengan ruang kerja dan hanya dapat dilakukan di luar jam kerja. Banyaknya tugas yang harus diselesaikan selama jam kerja pada akhirnya menyebabkan fasilitas ini tidak dapat dimanfaatkan oleh kebanyakan pekerja. Beberapa upaya telah dilakukan sebelumnya, namun belum ada alat latihan fisik yang ergonomis dan mampu laksana bagi pekerja untuk menjawab permasalahan tersebut.

Staf pengajar dari Divisi Kedokteran Olahraga, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, dr. Listya Tresnanti Mirtha, SpKO, kemudian melakukan penelitian yang mengambil latar belakang pekerja duduk. Penelitian ini juga dilandasi oleh kepedulian peneliti pada pekerja yang terjebak perilaku inaktif selama menjalankan kewajibannya. Penelitian tersebut dilakukan dalam tiga tahap pelaksanaan yaitu tahap pengembangan model alat latihan, tahap penentuan validitas model alat latihan, dan tahap pembuktian efektivitas alat latihan.

Hasil penelitian tersebut menghasilkan sebuah alat latihan kardiorespirasi bagi pekerja pada posisi duduk, tanpa harus meninggalkan meja kerja pada jam kerja, yang lebih ergonomis, dan mampu laksana yaitu model alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki Kinesia®Penamaan Kinesia®, berasal dari kata “kinetik” dan “Indonesia”, yang artinya bahwa pengembangan model latihan fisik pada pekerja di Indonesia ini menggunakan pendekatan berbasis gerak.

Penggunaan model rancangan ini sebagai alat latihan fisik pada posisi kerja dapat membuat tubuh, terutama ekstremitas bawah, tetap aktif secara ergonomis sehingga dapat mengurangi kelelahan pada otot. Tubuh yang aktif dapat meningkatkan keluaran energi serta meningkatkan atau mempertahankan kebugaran jasmani.

Selain itu, berdasarkan hasil statistik didapatkan bahwa penggunaan model alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki Kinesia® pada program latihan fisik berbasis tempat kerja dikatakan valid dan reliabel untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi pekerja duduk.

Pemaparan disertasi ini mengantarkan dr. Listya Tresnanti Mirtha, SpKO meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang, memberikan apresiasi terbaiknya kepada beliau. Promotor dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, SpOk, PhD dan ko promotor Dr. dr. Minarma Siagian, MS, AIFO serta Dr. dr. Tirza Z. Tamin, SpKFR(K) berharap model alat latihan kardiorespirasi berbasis pijak kaki Kinesia® dapat menjadi solusi lain pada pemodelan latihan fisik berbasis tempat kerja. Upaya ini lebih jauh diharapkan dapat membangun kesadaran pekerja terhadap kesehatan serta dapat memodifikasi perilaku pekerja agar lebih aktif di tempat kerja untuk dapat meningkatkan kebugaran jasmani.

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: