FEB UI dan Bank Indonesia: Menuju Lomba Karya Ilmiah Stabilitas Sistem Keuangan 2020

 

FEB UI dan Bank Indonesia: Menuju Lomba Karya Ilmiah Stabilitas Sistem Keuangan 2020

FEB UI dan Bank Indonesia: Menuju Lomba Karya Ilmiah Stabilitas Sistem Keuangan 2020

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, bekerjasama dengan Bank Indonesia mengadakan sosialisasi via webinar, mengenai “Menuju Lomba Karya Ilmiah Stabilitas Sistem Keuangan 2020”, pada Jumat (3/7/2020).

Lomba Karya Ilmiah SSK 2020, mengambil tema “Peran Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) dalam Mendukung Terjaganya Stabilitas Sistem Keuangan”. Sub tema yang dapat dipilih terdiri dari (1) Kontribusi sektor keuangan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam kerangka Stabilitas Sistem Keuangan (SSK); (2) Dampak pandemic disease terhadap SSK; (3) Potensi dampak pemindahan ibu kota RI pada sektor finansial, (4) Kerentanan institusi keuangan non-bank dan dampaknya terhadap SSK, dan (5) Perilaku keuangan rumah tangga dan dampaknya terhadap SSK. Karya ilmiah tersebut dikirimkan kepada panitia, selambat-lambatnya 19 September 2020. Hadiah yang diperoleh nantinya bagi pemenang: Juara 1 sebesar Rp40 juta, Juara 2 sebesar Rp30 juta, Juara 3 sebesar Rp20 juta, Juara Harapan 1 sebesar Rp10 juta, dan Juara Harapan 2 sebesar Rp7,5 juta.

Selain itu, lomba ini bertujuan meningkatkan komunikasi riset antara akademisi dengan regulator (Bank Indonesia), dalam kerangka policy making process kebijakan makroprudensial Bank Indonesia, meningkatkan minat dan kemampuan riset, dan dari sisi penyelenggara lomba bermaksud untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas  riset yang dikirimkan oleh peserta.

Narasumber  pada sosialisasi lomba karya ilmiah ini, adalah Cicilia A. Harun, Ph.D., Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Prof. Dr. Irwan Adi Ekaputra, MM, Ketua Program Studi PPIM FEB UI, dengan moderator Dr. Dwi Nastiti Danarsari, Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat FEB UI. Tiga orang dosen dan peneliti dari FEB UI juga mengisi sebagai penanggap, yaitu Zaafri Ananto Husodo, Ph.D.,  Jahen Fachrul Rezki, M.Sc., dan Dr. R. Nugroho Purwantoro.

Dr. Beta Yulianita Gitaharie, Pj. Dekan FEB UI, memberikan sambutan pembuka bahwa FEB UI memandang penting hasil riset oleh sivitas akademika, yang memberikan dampak signifikan terhadap pemangku kebijakan, baik pemerintah maupun regulator. Hal inilah yang membuat FEB UI menyambut baik inisiatif Bank Indonesia menyelenggarakan Lomba Karya Ilmiah Stabilitas Sistem Keuangan. Diharapkan, agar dosen, peniliti, mahasiswa S2 atau S3, khususnya berasal dari FEB UI, mau berpartisipasi dalam kompetisi ini melalui pengembangan riset yang berkualitas. Selain itu, menghasilkan penelitian dengan beragam topik yang bermanfaat bagi Bank Indonesia, khususnya dalam pengembangan kebijakan makroprudensial.

Cicilia A. Harun, sebagai pembicara pertama, memaparkan bahwa Bank Indonesia (BI) turut menjaga SSK melalui kewenangan pengaturan dan pengawasan di bidang makroprudensial yang bertujuan mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, dan meningkatkan akses keuangan. Strategi operasional merupakan rangkaian/alur dalam melaksanakan kewenangan BI.

“Riset sektor SSK BI ini penting untuk meningkatkan kredibilitas kebijakan yang dihasilkan (standar Internasional, metodologi dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan), mitigasi risiko dan pencegahan krisis yang lebih akurat, mudah dikomparasi dan benchmark dengan otoritas lain khususnya Internasional, sebagai bahan sosialisasi dan training untuk alih teknologi kepada generasi yang baru,” ucap Cicilia.

Lanjut Cicilia, ada lima jenis riset SSK BI , pertama riset frontier (model dan kerangka), kegiatan riset untuk isu strategis mengenai struktur, fundamental, kerangka kerja seperti capital flow dan kredit perbankan di Indonesia, pengembangan model proyeksi/simulasi perbankan, kerangka kebijakan makroprudensial, kerangka pengawasan. Kedua, riset kebijakan yang mendukung proses perumusan. Ketiga, riset pengembangan tools/metodologi untuk mendukung pengawasan makroprudensial. Keempat, riset lain untuk menangkap perilaku agen ekonomi dalam sistem keuangan. Kelima, riset dan kajian lain untuk isu tertentu, seperti tindak lanjut Rapat Dewan Gubernur BI.

“Keterlibatan pubik terhadap SSK di bidang makroprudensial, di antaranya publikasi jurnal internasional, joint research bersama universitas dan anggota Karya Stabilitas Sistem Keuangan, dan lomba karya ilmiah SSK yang diadakan setiap tahun (syarat minimal mahasiswa S-1, topik ditentukan di awal, juri independen yang berasal dari eksternal – dengan presentasi),” tutup Cicilia.

Irwan Adi Ekaputra, sebagai pembicara kedua, membawakan topik  Foreign Portfolio Investment Flows and Exchange Rate: Indonesia Evidence, memaparkan hal yang mempengaruhi perubahan nilai tukar pada jangka pendek. Tentu, motivasi dari nilai tukar merupakan angka sangat krusial di perekonomian Indonesia yang bisa digunakan sebagai acuan APBN, pelaku usaha/bisnis, dan Bank Indonesia.

Berdasarkan teori ekonomi, dalam jangka pendek dan menengah dinamika nilai tukar, tidak bisa diprediksi dari macroeconomic variables. Namun, arus modal jangka pendek yang masuk ke suatu negara bisa memprediksi dinamika nilai tukar. Adanya capital flows akan mendorong supply demand pada forex market di pasar nilai tukar. Selain itu, capital inflows juga berpengaruh, apabila yang masuk tinggi maka nilai tukar akan menguat.

“Secara keseluruhan, nilai tukar bisa berpengaruh pada flows ke stock market, tetapi tidak sebaliknya. Kami menemukan bahwa nilai tukar yang menguat di pasar modal akan bisa mendorong investor masuk ke stock market dan apabila melemah maka investor akan keluar dari stock market. Sementara, di bond market ditemukan feedback atau saling berpengaruh yang bisa menentukan short time dynamic dari nilai tukar rupiah dibandingkan dengan flows ke stock market,” ujar Irwan.

“Beberapa rekomendasi yang kami sampaikan adalah Bank Indonesia perlu menjaga nilai tukar rupiah dan memonitor dinamika pasar obligasi. Menteri Keuangan juga harus membangun dan memperkuat kerangka stabilisasi obligasi, dan pertahankan peringkat obligasi terhadap tingkat investasi,” tutup Irwan. (hjtp)

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: