Kuliah Tamu FEB UI Bersama Menteri Koperasi dan UKM: Peluang dan Tantangan Koperasi Menghadapi Ancaman Ekonomi Global

 

Kuliah Tamu FEB UI Bersama Menteri Koperasi dan UKM: Peluang dan Tantangan Koperasi Menghadapi Ancaman Ekonomi Global

Kuliah Tamu FEB UI Bersama Menteri Koperasi dan UKM: Peluang dan Tantangan Koperasi Menghadapi Ancaman Ekonomi Global

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (16/9/2022) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengadakan Kuliah Tamu untuk Mata Kuliah Wajib Fakultas Koperasi dengan topik “Peluang dan Tantangan Koperasi Menghadapi Ancaman Ekonomi Global” pada Jumat (16/9). Acara berlangsung secara hybrid, di Ruang Auditorium Soeriaatmadja, Gedung Dekanat, Kampus FEB UI Depok.

Dekan FEB UI Teguh Dartanto, Ph.D. dalam sambutannya menuturkan, “Dahulu koperasi lebih banyak membahas seputar undang-undang sehingga membuat mahasiswa bosan. Lalu, pada 2014, FEB UI menghadirkan kembali mata kuliah koperasi yang lebih relevan dan kekinian sebagai mata kuliah wajib, sebagai bagian dari solusi bangsa ini.”

Menurut Teguh, koperasi merupakan elemen strategis terkait sustainable economic development. Secara historis, koperasi berperan sangat penting dalam berbagai konteks, yaitu skema pembiayaan dan partisipasi para anggotanya termasuk solusi terkait ketimpangan.

Koperasi mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan anggota dan pembangunan modal manusia. Kontribusi nyatanya berkesinambungan, tercatat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

“Pandemi ini momentum bagi kita semua untuk memperbaiki kinerja koperasi agar lebih efisien dan memanfaatkan dampak positif era digitalisasi dengan mulai melek teknologi dan mengenal marketplace,” tandas Teguh.

Hadir sebagai pembicara, Menteri Koperasi dan UKM Drs. Teten Masduki memaparkan bahwa koperasi adalah kekuatan ekonomi di Indonesia karena memiliki kemampuan daya tahan yang luar biasa.

Namun, koperasi masih harus menghadapi beragam tantangan pengembangan. Ia mengungkapkan, “Koperasi belum menjadi pilihan utama bagi masyarakat sebagai lembaga ekonomi. Terlihat dari rendahnya tingkat partisipasi penduduk Indonesia sebagai anggota koperasi, yakni hanya 8,41% dari jumlah sekitar 127.000 unit koperasi. Sedangkan rerata partisipasi penduduk dunia sebesar 16,31%.”

Dominasi struktur koperasi terbesar masih dipegang oleh sektor usaha jasa keuangan dan asuransi (KSP/USP). Sementara sektor produksi—pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan—hanya berkontribusi sebesar 7,2%. Padahal, sektor pertanian secara nasional menyumbang sebanyak 12,98% (terbesar kedua) untuk PDB Indonesia.

Praktik Koperasi Modern

Teten pun membahas koperasi multipihak, sebuah strategi menghadapi ancaman ekonomi global, yang telah berkembang di negara lain sejak 1990-an. Model koperasi ini unggul pada kemampuannya mengolaborasi berbagai sumber daya (modalitas) dari para pihak dalam suatu ekosistem bisnis tertentu. Kelompok anggota dapat berkembang sesuai dengan model bisnis dan skala usaha koperasi. Jadi, para pihak memiliki peran, hak, kontribusi, dan kewajiban yang berbeda.

Saat ini, ada sekitar 3 juta koperasi di dunia dan 12% populasi penduduk dunia adalah anggota koperasi. Estimasi negara dengan koperasi yang kuat serta kontribusi terhadap produk domestik bruto antara Australia, Kanada, dan Selandia Baru. Mereka berkontribusi secara berturut-turut sekitar 8%, 4%, dan 8%.

Berbicara tentang praktik perkoperasian di dunia, Teten mengatakan, “Kementerian Koperasi dan UKM melakukan benchmarking pola bisnis koperasi besar di dunia melalui program factory sharing. Fonterra Co-operative Group Limited Selandia Baru termasuk good practices koperasi multinasional di dunia.”

“Fonterra ini world leading koperasi di sektor pangan, seperti susu, keju, es krim, dan butter, dengan brand besar seperti Anchor. Mereka berhasil menguasai 30% ekspor produk susu dunia dan dengan pendapatan mencapai NZ$19.87 dengan anggota 10.600 peternak di Selandia Baru. Koperasi ini menerapkan proses bisnis inclusive close loop hingga menanamkan modal pada inovasi, sains, sumber daya manusia, dan teknologi,” imbuhnya.

Pemuda adalah aset setiap negara. Studi McKinsey Global Institute menyatakan bahwa pemuda merupakan 16% dari populasi global. Dengan kata lain, kunci masa depan suatu negara untuk tetap tumbuh melahirkan inovasi dan implementasi strategis keberlanjutan pembangunan. Peranannya sangat penting bagi pengembangan koperasi.  Oleh karena itu, Teten sangat berharap mahasiswa dapat masuk dalam ekosistem usaha lebih luas lagi, terutama pada dunia koperasi. (mh)

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: