Kuliah Umum Guru Besar: Tata Laksana Terbaru Penanganan Penyakit Jantung Bawaan

 

Kuliah Umum Guru Besar: Tata Laksana Terbaru Penanganan Penyakit Jantung Bawaan

Congenital Heart Disease (CHD) atau dikenal dengan Penyakit Jantung Bawaan merupakan kondisi kelainan pada struktur jantung yang dialami seseorang sejak lahir. CHD mengakibatkan gangguan pada aliran darah, dari dan ke jantung, ringan mau pun kompleks, sehingga berpotensi membahayakan nyawa penderitanya.

Angka kejadian CHD di dunia mencapai 8-10 bayi per 1.000 kelahiran. Sementara di Indonesia tercatat mencapai 50.000 kasus per tahun. Faktor risiko terjadinya CHD ditenggarai berasal dari kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu), preeklampsia, ibu dengan diabetes mellitus, ibu dengan gangguan tiroid, ibu dengan hipertensi, infeksi rubella, ibu yang merokok di trimester pertama kehamilan, dan konsumsi obat-obatan selama kehamilan.

Terdapat dua klasifikasi pada CHD yaitu cyanosis dan acyanosis. Pada kondisi cyanosis, penderita umumnya akan mengalami perubahan warna kulit menjadi kebiruan karena rendahnya kadar oksigen yang terikat dengan sel darah merah dibandingkan dengan kadar karbondioksida. Sebaliknya, pada kondisi acyanosis, kadar oksigen dalam darah tidak terlalu rendah, sehingga penderita tidak mengalami warna kulit kebiruan.

Pemaparan tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Mulyadi, SpA(K) pada Kuliah Umum Guru Besar, Selasa (24/9/2019) lalu di Auditorium Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok. Dimoderatori oleh Prof. Dr. dr. Sukman Tulus Putra, SpA(K), Prof. Mulyadi menyampaikan materi perkuliahan yang berjudul “Recent Advances Management of Congenital Heart Disease”.

Lebih lanjut Prof. Mulyadi menjelaskan, selama ini tata laksana CHD meliputi terapi obat, tindakan paliatif, dan terapi definitif bagi CHD non kompleks berupa intervensi tanpa operasi. Namun, pengembangan terapi CHD telah dilakukan selama dua dekade terakhir ini yaitu terapi tata laksana intervensi PDA Stenting dan Balloon Atrial Septostomy. Saat ini terapi tersebut telah menjadi pilihan terapi bagi pasien CHD.

Tata laksana intervensi ini memiliki beberapa keunggulan yaitu luka yang minimal, proses pemulihan yang cepat, menghilangkan torakotomy, tanpa komplikasi pembedahan, tanpa rasa sakit pascapembedahan, tidak meninggalkan bekas luka di dada, periode perawatan di rumah sakit yang sebentar, serta dapat dilakukan di hampir semua rumah sakit. Perkembangan terapi ini tentu saja harus diketahui tidak hanya oleh dokter jantung anak, tetapi juga oleh mahasiswa kedokteran, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.

Kuliah umum guru besar kemudian ditutup dengan diskusi, pemberian cenderamata dan foto bersama. Para mahasiswa terlihat antusias mengajukan pertanyaan dan berdiskusi bersama beliau. Diharapkan, penyelenggaraan kuliah umum ini tak hanya menjadi ajang pertukaran ilmu dan pengetahuan dari para pakar, namun juga dapat memperluas khasanah pengetahuan dan menginspirasi para mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuannya mengenai ilmu kedokteran dan kesehatan.

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: 
Tags: