Kuliah Umum MAKSI-PPAk. FEB UI, New Way of Corporate Reporting: Beyond Financial Reporting

 

Kuliah Umum MAKSI-PPAk. FEB UI, New Way of Corporate Reporting: Beyond Financial Reporting

Kuliah Umum MAKSI-PPAk. FEB UI, New Way of Corporate Reporting: Beyond Financial Reporting

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (20/5/2022) Program Studi Magister Akuntansi – Pendidikan Profesi Akuntan (MAKSI-PPAk.) FEB UI bersama mengadakan Kuliah Umum Pelaporan Korporat bertajuk “New Way of Corporate Reporting: Beyond Financial Reporting” pada Jumat (20/5). Menghadirkan pemateri Fernando U. Reyes (KPMG Indonesia, Member of EER Task Force IAPI), pemandu acara Dr. Aria Farah Mita, M.S.M. (Sekretaris Program Studi MAKSI-PPAk. FEB UI).

Memulai kuliah, Guru Besar FEB UI Prof. Dr. Sylvia Veronica Narulita Purnama Siregar, C.A. menuturkan opening speech, “Sebenarnya, pelaporan korporat atau perusahaan bukan hanya membahas pelaporan keuangan, tetapi masih ada bentuk lainnya. Kebutuhan para pemangku kepentingan, seperti investor dan kreditor, bukan sebatas informasi keuangan saja. Masih banyak pelaporan lain yang menekankan aspek non-financial, termasuk laporan keberlanjutan dan laporan terintegrasi.”

“Seperti kita ketahui, penyusunan laporan keuangan di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Nah, pelaporan korporat lainnya, seperti laporan keberlanjutan, pun tentu perlu panduan penyusunan (guidelines). Saat ini, memang kita belum memiliki acuan yang seragam, tetapi kita dapat menggunakan beberapa kerangka yang ada, seperti Global Reporting Initiative (GRI), Task Force on Climate-Related Financial Disclosures (TCFD), dan sebagainya.”

Namun, telah muncul kekhawatiran akan banyaknya kerangka acuan mengenai comparability atau daya banding pada laporan keberlanjutan. Ada dorongan untuk membuat kerangka tersebut terstandarisasi. Oleh karena itu, MAKSI-PPAk. menghadirkan pembicara yang kompeten di bidangnya untuk membahas seputar pelaporan perusahaan lebih luas lagi.

Lanskap pelaporan perusahaan telah berubah. Menurut Fernando, ada berbagai tren yang muncul dengan cepat untuk menantang pandangan tentang hubungan antara bisnis, ekonomi, dan masyarakat.

Ia menjelaskan berbagai faktor yang berpengaruh besar pada pelaporan perusahaan secara umum serta pelaporan keberlanjutan perusahaan secara lebih khusus, di antaranya (1) tumbuhnya kesadaran bahwa kinerja perusahaan bergantung

pada keuangan, sosial, lingkungan, strategi pemerintahan, dan outcome; (2) tuntutan bagi perusahaan untuk mempertimbangkan berbagai sumber daya (tidak hanya keuangan) dalam menciptakan nilai, mengelola ketergantungan, dan dampaknya terhadap lingkungan; (3) pemikiran baru tentang peran korporasi yang tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi akan bermanfaat bagi kepentingan umum, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya.

Pendorong Utama Perubahan dan Pentingnya Pelaporan Keberlanjutan

“Pelaporan keberlanjutan perusahaan merupakan praktik yang tersebar luas. Sebagian besar telah institutionalized, tetapi masih akan terus berkembang dan berkembang. Semula, pelaporan keberlanjutan hanya ‘bagus untuk dimiliki’ lalu telah bergeser statusnya ke ‘kebutuhan atau persyaratan’ dalam sebuah perusahaan,” ungkap Fernando.

Ada pendorong utama perubahan belum lama ini yang akan berdampak pada keberlanjutan organisasi. Pertama, ekonomi. Pandemi COVID-19 memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi dan menciptakan tantangan terbesar, mulai dari meningkatnya ketimpangan pendapatan, pengangguran, dan pergolakan teknologi. Sekaligus, meningkatnya ketegangan perdagangan AS dan China serta meningkatnya kekhawatiran atas proteksionisme dan regionalisasi yang mengancam rantai pasokan global.

Kedua, lingkungan. Akibat dari konsekuensi pemanasan global yang meluas ke banyak tantangan ekosistem, mulai dari banjir, kekurangan air, kerusakan badai, kebakaran hutan, konflik kemanusiaan, hingga perpindahan penduduk.

Ketiga, masyarakat. Pemangku kepentingan sekarang menuntut akuntabilitas, inklusivitas, dan transparansi lebih besar tentang pengoperasian perusahaan dan dampak sosialnya. Organisasi di seluruh dunia semakin memahami bahwa mereka harus menjadi warga korporat yang baik, memberikan nilai sosial kepada komunitas, memperlakukan karyawan, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya secara tepat, serta memberikan pengembalian finansial kepada pemegang saham.

Pentingnya pelaporan keberlanjutan semakin meningkat karena meningkatnya pengawasan dari para pemangku kepentingan terkait dengan kegiatan kehumasan. Selain itu, pertimbangan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) telah menarik perhatian bisnis karena perusahaan semakin perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap pemangku kepentingan dan lingkungan. Mayoritas investor turut mencari laporan LST untuk mengarahkan pengambilan keputusan investasinya.

Oleh karena itu, Fernando mengatakan, “Perlu pelaporan yang efektif untuk menyampaikan narasi LST kepada investor dan pemangku kepentingan lainnya, mematuhi laporan yang relevan, dan memperkuat reputasi dan nilai.”

Standar Kerangka Pelaporan Global

Dalam upaya menghindari kebingungan, perusahaan dan perancang meminta standar kerangka penyusunan laporan yang diterima secara global. Pada September 2020, 5 (lima) organisasi—yakni GRI, Climate Disclosure Standards Board (CDSB), International Integrated Reporting Council (IIRC), dan Sustainability Accounting Standards Board (SASB)—mengumumkan visi bersama untuk sistem pelaporan perusahaan yang komprehensif.

Mereka berkomitmen berkolaborasi untuk mencapainya melalui paper berjudul “Statement of Intent to Work Together Towards Comprehensive Corporate Reporting” dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang akan memimpin, menyatukan perspektif yang berbeda.

Para Akuntan Harus Memimpin Pelaporan Perusahaan

Terakhir, Fernando mengatakan bahwa akuntan berada dalam posisi yang lebih baik untuk memimpin cara baru pelaporan perusahaan karena mereka berada di pusat arus informasi dan pengambilan keputusan yang bertugas menangkap, menganalisis, melaporkan, dan memastikan informasi keberlanjutan.

Para akuntan memiliki keterampilan dan kompetensi relevan untuk menghubungkan informasi keuangan dan keberlanjutan. Akuntan profesional sebagai profesi yang diatur tunduk pada kode etik, menerapkan SAE 3000 (Revisi) IAASB sesuai standar manajemen mutu dan kerangka kerja etis yang meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan dalam pengungkapan keberlanjutan. Lebih dari itu, akuntan profesional terhubung secara global untuk memenuhi kebutuhan klien, pasar modal, dan rantai pasokan global. (hs)

Kuliah Umum MAKSI-PPAk. FEB UI, New Way of Corporate Reporting: Beyond Financial Reporting

 

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: