Menilik Implikasi Perdagangan Bebas Terhadap Petani Lokal di Indonesia

 

Menilik Implikasi Perdagangan Bebas Terhadap Petani Lokal di Indonesia

Adanya kesepakatan perdagangan bebas yang dilakukan Indonesia secara langsung maupun tidak memiliki imbas terhadap masyarakat Indonesia. Salah satu yang terkena implikasinya adalah kelompok petani yang menjadi produsen komoditasbagi pasar dalam negeri. Kesepakatan perdagangan bebas antar negara dapat memiliki implikasi positif, antara lain terbukanya lapangan kerja, tumbuhnya ekonomi, hingga akhirnya pengentasan kemiskinan.

Meski demikian, implikasi positif tersebut belum dirasakan secara menyeluruh bagi petani di Indonesia. Di beberapa daerah, masih terdapat petani yang hidup di bawah garis kemiskinan. Adanya kebijakan perdagangan bebas dapat memiliki implikasi baik secara langsung maupun tidak kepada petani tersebut.

Demi mengetahui implikasi tersebut, Marsudi, mahasiswa Program Doktoral Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI, menjadikan topik bahasan mengenai imbas perdagangan bebas terhadap keadaan petani lokal dalam disertasi doktoralnya yang berjudul Perdagangan Bebas dan Implikasinya Bagi Kemiskinan Petani Lokal di Indonesia. Disertasi tersebut diujikan pada sidang promosi doktor pada Senin(20/6/2016) dan bertempat di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI.

Dalam disertasinya, Marsudi mengambil studi kasus pada masyarakat Desa Pasir Telaga yang berprofesi sebagai petani. Ia mengajukan beberapa pertanyaan penelitian antara lain menyangkut bagaimana gambaran kemiskinan petani dan bagaimana implikasi perdagangan bebas bagi petani di Desa Pasir Telaga. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripskan serta menganalisis kemiskinan petani serta mencari tahu implikasi perdagangan bebas bagi petani padi di Desa Pasir Telaga.

Marsudi menggunakan beberapa kerangka teori dalam disertasi ini. Teori tersebut antara lain Teori Jebakan Kekurangan (Deprivation Trao Theory) oleh Robert Chambers (1987), Teori Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle of Poverty Theory) oleh Ragnar Nurkse (1953) serta Teori Dependensi dari Theotonio Dos Santos. Selain teori, disertasi ini juga menggunakan dua konsep yaitu Konsep Perdagangan Bebas dan Konsep Pasar.

Dari hasil penelitian ini, Marsudi menyimpulkan beberapa hal. Pertama, petani di Desa Pasir Telaga masuk ke dalam kategori miskin. Mereka adalah kelompok buruh tani, petani penggarap, petani pemilik dan petani penyewa. Sebab utama kemiskinan petani padi tersebut adalah minimnya pendapatan petani yang berimplikasi pada rendahnya kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan.

Selain itu, secara praktikal Marsudi menyimpulkan bahwa implikasi positif yang diharapkan terjadi dari kesepakatan perdagangan bebas belumlah terlihat bagi petani di Desa Pasir Telaga. Hal tersebut terlihat dari akses pasar, permintaan pasar, produktivitas petani maupun efisiensi biaya produksi yang belum mengalami perubahan signifikan dalam lima musim tanam terakhir.

Melalui disertasi ini, Marsudi berharap penelitian yang ia lakukan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun akademis. Manfaat praktis yaitu sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak terkait khususnya pemerintah, sedangkan manfaat akademis yaitu dapat memberikan kontribusi dalam menyikapi permasalahan kemiskinan petani lokal pada era perdagangan bebas.

Disertasi Marsudi diuji di hadapan segenap tim penguji yang diketuai oleh Prof. Isbandi Rukminto Adi, M.Kes. dan anggota tim penguji yaitu Dr. Satyawan Sunito, Prof. Tirta Nugraha Muristama, Ph.D, Jossy Prananta Moeis, Ph.D, Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc, serta Dr. Sar Viciawati Machdum, M.Si. Disertasi ini dipromotori oleh Fentiny Nugroho, M.A., Ph.D dan kopromotor Dr. Harapan Lumban Gaol, M.Si.

Kategori Target Audience: 
Kategori Konten: