Peneliti dan Mahasiswa FMIPA UI Buat Startup Alat Deteksi Dini Gempa

 

Peneliti dan Mahasiswa FMIPA UI Buat Startup Alat Deteksi Dini Gempa

Rangkaian gempa bumi bermagnitudo lebih besar dari 5,5 yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia beberapa tahun terakhir membuat kita semua tersadar akan pentingnya meningkatkan kemampuan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan bencana gempa bumi.

Sebagai upaya untuk mengatasi keterlambatan masyarakat menyadari kehadiran gempa bumi, diperlukan suatu alat instrumentasi yang mampu mendeteksi kehadiran gempa bumi saat itu juga (real time). Alat itu harus bisa memberitahu warga akan kehadiran gempa dalam waktu kurang dari 5 detik.

Namun, alat semacam ini belum tersedia di pasaran. Sekalipun ada, harga yang ditawarkan relatif mahal karena didatangkan dari luar negeri. Masalah lainnya biaya operasional dan biaya perawatan alat tersebut  juga relatif sangat  mahal yang berpotensi membebani anggaran.

Padahal kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap kehadiran gempa bumi adalah alat yang handal dan reliable namun bisa terjangkau oleh masyarakat dan pemerintah daerah di tingkat kecamatan atau bahkan desa.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Ahli Geofisika FMIPA UI, Dr. Eng. Supriyanto, M. Sc. bersama tim yang terdiri dari 2 orang dosen yakni Maryadi, M.Eng., dan Sukarno, M.Si., serta 3 orang Mahasiswa program studi geosains yang terdiri dari M Badrul Munir Habibulloh, Luthfi Yufajjiru, Saskia Nursarifamemiliki ide membuat startup yang diberi nama Geosinyal. Geosinyal, bergerak di bidang teknologi, tepatnya teknologi deteksi dini gempa.

Teknologi itu dinamakan EWAS (Earthquake Warning Alert System), sebuah inovasi hasil gagasan Dr. Eng. Supriyanto, M. Sc. EWAS pertama kali diciptakan Supriyanto tahun 2018.

“Alat ini dirancang khusus sebagai pengganti panca indera manusia (agar menihilkan faktor subyektifitas) yang mampu mendeteksi kehadiran bencana gempa bumi”. ucap Suprianto di FMIPA UI, Depok.

Ide startup nya tersebut mendapat dukungan dan penghargaan dari Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (DIIB) UI melalui Hibah Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (UI INCUBATE) 2019. Target luaran hibah terbagi dua, yaitu target program dan target publikasi. Target program diantaranya adalah (1) pendirian badan usaha yang berbadan hukum, (2) pertumbuhan omzet 10% (3) struktur organisasi badan usaha. Sedangkan target publikasi adalah mendaftarkan/mengalihkan Hak Kekayaan Intelektual (Paten & Hak Cipta) EWAS atas nama Universitas Indonesia sebagai inventor.

“Dengan demikian permintaan pengadaan alat EWAS dari pihak ketiga dapat dilayani sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku”. imbuh Supriyanto.

Ewas telah sukses dipasang di wilayah terdampak gempa yakni di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat dan di Desa Muara – Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Lebak, Banten.

Manfaat EWAS yang dipasang secara tersebar di wilayah-wilayah tersebut telah dirasakan warga setempat. Khususnya di Lombok, Supriyanto mengutip laporan warga bahwa setiap kali terjadi gempa, suara alarm pada EWAS terdengar hingga sudut-sudut desa, sehingga berhasil menyadarkan warga desa untuk secepatnya bereaksi menyelamatkan diri dengan keluar dari bangunan tempat tinggalnya.

EWAS  memanfaatkan sensor getaran, sirine/alarm dan modul komunikasi gelombang radio untuk mendeteksi adanya getaran dalam kawasan yang luas, seperti yang biasa digunakan pada alat komunikasi handy talkie.

Cara instalasi alat EWAS tergolong mudah, sehingga masyarakat dipastikan bisa memasang sendiri, tentunya dengan petunjuk pemasangan yang disediakan. Biaya perancangan relatif murah dan terjangkau sehingga harganya tidak melebihi harga handphone. EWAS hanya menggunakan daya listrik sebesar 5 watt dalam keadaan siaga dan 20 watt saat berbunyi.

Kategori Target Audience: 
Kategori Konten: