Pengelolaan Risiko Bencana oleh Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana Gunung Api

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan Resiko Bencana (UNISDR) menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara paling rawan terjadinya bencana di dunia. Dilihat dari sudut pandang geografi pun, Indonesia menjadi tempat bertemunya pergerakan 3 lempeng bumi dan berada pada rangkaian jalur gunungapi aktif dunia. Dari gambaran singkat potensi bencana di Indonesia dari faktor geografis tersebut, diperlukan pengelolaan resiko bencana pada kawasan rawan bencana di Indonesia.Hal ini yang melatarbelakangi Marlina Adisty untuk meneliti pengelolaan risiko bencana yang dilakukan masyarakat di kawasan rawan bencana gunung berapi. Penelitian yang menjadi desertasinya ini mengambil studi pada komunitas KRB III Gunung Merapi, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan risiko bencana yang dilakukan komunitas di KRB gunung api dipengaruhi oleh perspektif warga terhadap risiko bencana. Warga menganggap Gunung Merapi bukan ancaman dan erupsinya adalah berkah untuk kehidupan. Pengelolaan risiko bencana oleh komunitas KRB dilakukan berdasarkan olah rasa dengan mengingat (niteni) tanda-tanda alam sebagai bentuk kearifan lokal dan mengikuti instruksi dari pemerintah setempat untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman ketika terjadi erupsi. Dalam mendeskripsikan ketangguhan pada komunitas KRB III, selain robustness, rapidity dan redundancy, penelitian ini memiliki temuan baru yaitu remembrance dan realized. Keluaran lain yang dihasilkan dari penelitian ini yakni model konseptual pengelolaan KRB berbasis ketangguhan komunitas dan tipologi pengelolaan risiko bencana di KRB gunungapi.Marlina Adisty mendapat gelar doktor Ilmu Kesejahteraan Sosial setelah berhasil mempertahankan disertasinya ini di hadapan para penguji dalam sidang doktoralnya yang diketuai langsung oleh Dekan FISIP UI, Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc.