Peran Senam Asma Terhadap Perbaikan Fungsi Paru Pasien Asma Alergi Persisten

 

Peran Senam Asma Terhadap Perbaikan Fungsi Paru Pasien Asma Alergi Persisten

Asma merupakan peradangan kronis pada saluran napas akibat hiperaktivitas bronkus yang ditandai dengan gejala batuk, dada terasa berat, sesak napas dan terdapat keterbatasan aliran udara yang menimbulkan suara mengi. Insiden asma semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri dan merupakan penyebab kematian terutama di negara berkembang.

Selain adanya peran dari hiperaktivitas bronkus, patogenesis asma juga melibatkan adanya peran dari hormon kortisol yang disekresikan oleh sumbu Hypotalamus pituitary adrenal (HPA) yang berperan sebagai antiinflamasi dan menekan sistem imun.

Asma dapat bersifat alergi dan bukan alergi. Asma tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol baik dengan obat-obatan maupun non obat-obatan yang salah satunya dengan olahraga.

Penatalaksanaan asma difokuskan pada pencegahan serangan dan pencegahan komplikasi asma. Salah satu olahraga yang dianjurkan di Indonesia adalah senam asma yang memiliki beberapa tahapan gerakan yaitu pemanasan, peregangan, latihan inti A, latihan inti B, aerobik 1,2,3 dan pendinginan.

Pengaruh latihan fisis secara akut memengaruhi jumlah dan fungsi pada sirkulasi sel imun dan melepaskan konsentrasi beberapa hormon termasuk epineprin/norepineprin, growth hormone (GH), kortisol, β-endorphin and adrenocoryicotropic hormone (ACTH).

Penelitian terkait dengan senam asma terhadap perbaikan fungsi paru telah banyak dilakukan, tetapi belum ditemukan penelitian mengenai fluktuasi hormon kortisol yang akan memengaruhi biomarker IL-5 yang berfungsi sebagai proinflamasi, IgE sebagai penanda alergi dan IL-10 sebagai antiinflamasi dan diharapkan hormon kortisol, IL-5, dan IL-10 serta eosinofil akan memengaruhi profil patogenesis asma atopi.

Untuk itu diperlukan penelitian yang bertujuan untuk melihat bagaimana peran senam asma terhadap perbaikan fungsi paru ditinjau dari aspek imun dan hormon.

Penelitian kemudian dilakukan oleh Ns. Rahmaya Nova Handayani, M.Sc, AIFO sebagai bagian dari penelitian disertasi. Parameter yang diperiksa dalam penelitian ini adalah sel peradangan Interleukin 5 (IL-5), sel antiinflamasi IL-10, petanda alergi Immunoglobulin E total (IgE Total) yang diukur dengan metode ELISA dan eosinofil, Kapasitas Vital Paksa (KVP), Volume Ekspirasi Paksa 1 detik pertama (VEP1), rasio VEP1/KVP sebagai petanda fungsi paru yang diukur dengan menggunakan spirometri.

Pemeriksaan petanda sel peradangan dan anti peradangan diambil dari darah yang telah dilakukan isolasi terhadap sel darah putih dengan distimulasi zat alergen tungau debu rumah.

Berdasarkan hasil penelitian, senam asma dapat menurunkan sel peradangan IL-5, menurunkan petanda alergi IgE dan eosinofil, meningkatkan sel anti peradangan IL-10, kualitas hidup dan kemampuan mengontrol asma. Penerapan klinis pada studi ini bahwa senam asma harus dilakukan dengan tepat. Senam asma ini mengikuti prinsip tepat frekuensi (3-4 kali/minggu), intensitas 70% x denyut maksimal (220-usia) dan durasi 60 menit.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan senam asma adalah tidak sedang serangan asma, tidak dengan serangan jantung dan tidak dalam kondisi kesehatan yang menurun (flu, kurang tidur, baru sembuh dari sakit). Senam asma harus dilakukan sesuai dengan petunjuk, apabila tidak dilakukan sesuai dengan petunjuk tidak akan memberikan manfaat.

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh Ns. Rahmaya Nova Handayani, M.Sc, AIFO pada sidang promosi doktoralnya, Kamis (18/7/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI FKUI Salemba.

Disertasi berjudul “Peran Senam Asma terhadap Perbaikan Fungsi Paru Pasien Asma Alergi Persisten: Tinjauan dari Aspek Imunohormonal” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. Drs. Heri Wibowo, MS dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Angela B.M. Tulaar, SpRM(K); dr. Instiaty, PhD, SpFK; dan Prof. dr. Eddy Mart Salim, SpPD-KAI (Universitas Sriwijaya).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DPA&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat Ns. Rahmaya Nova Handayani, M.Sc, AIFO sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Melalui sambutannya, promotor Prof. dr. Faisal Yunus, PhD, SpP(K) dan ko-promotor Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD-KAI dan Dr. dr. Ermita Isfandiary Ibrahim Ilyas, MSberharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai terapi tambahan non farmakologis yang dapat dilakukan secara rutin dan berkala dalam penatalaksanaan asma.

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: