Prediktor Pembentukan Biofilm di Kateter Urin: Kajian terhadap Genotip Virulensi dan Fenotip Resistensi Antibiotik Escherichia coli

 

Prediktor Pembentukan Biofilm di Kateter Urin: Kajian terhadap Genotip Virulensi dan Fenotip Resistensi Antibiotik Escherichia coli

Salah satu penyebab yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih nosokomial adalah pemakaian kateter urin (CAUTI). Patogen tersering penyebab CAUTI adalah uropatogenik Escherichia coli (UPEC) yang dapat menghasilkan biofilm dan menyebabkan terjadinya infeksi yang bersifat persisten, sering berulang, resisten terhadap antibiotik dan meningkatkan mortalitas.

Pembentukan biofilm pada kateter sudah terjadi pada hari ketiga sebesar 62%. Bakteri tersering yang dapat diisolasi dari kateter adalah bakteri Escherichia coli yang merupakan flora normal tubuh. Keberadaan gen virulensi fimA dan papC dari bakteri Escherichia coli bertepatan dengan pembentukan biofilm dan gen papC secara statistik memiliki hubungan yang bermakna. Kepekaan bakteri E.coli pembentuk biofilm tidak dipengaruhi oleh kemampuannya membentuk biofilm tetapi lebih terhadap adanya biofilm itu sendiri. Pemberian antibiotik pada pasien yang menggunakan kateter, berdasarkan hasil penelitian ini, ternyata tidak mengurangi terjadinya pembentukan biofilm justru diduga akan meningkatkan resistensi antibiotik dari bakteri flora normal tubuh.

Untuk mengetahui resistensi bakteri pembentuk biofilm terhadap antibiotik terdapat dua jenis pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu minimal biofilm inhibitory concentration (MBIC) dan minimal biofilm eradication concentration (MBEC) dari antibiotik. Sedangkan untuk bakteri planktonik diuji dengan menggunakan minimal inhibitory concentration (MIC). Beberapa antibiotik yang sering digunakan dalam panduan terapi untuk kasus infeksi nosokomial akibat pemakaian kateter urin seperti fosfomisin, siprofloksasin, sefiksim, amoksilin-asam klavulanat, seftriakson, meropenem, dan amikasin akan dilakukan penentuan MIC dan MBIC sehingga dapat direkomendasikan antibiotik yang memiliki MIC dan MBIC yang paling baik terhadap bakteri planktonik dan bakteri dalam biofilm.

Berdasarkan latar belakang tersebut diperlukan penelitian untuk menentukan prediktor pembentukan biofilm pada kateter urin agar dapat mencegah terjadinya CAUTI. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang eksploratif untuk menilai petanda genotip virulensi fimApapChlyAsfaS dengan uji PCR dan fenotip MIC, MBIC E.coli serta faktor risiko yang mempengaruhi pembentukan biofilm pada pengguna kateter lebih dari 2 x 24 jam.

Berdasarkan hasil penelitian, fosfomisin merupakan antibiotik yang efektif untuk infeksi yang berkaitan dengan biofilm. Jenis kelamin perempuan, lama penggunaan kateter dan bakteriuria merupakan prediktor pembentukan biofilm pada kateter urin. Lama penggunaan kateter foley yang umumnya baru diganti  setelah 7 hari. berdasarkan penelitian ini dianjurkan untuk dilepaskan atau diganti setelah pemakaian 5 hari karena pembentukan biofilm pada kateter sudah terjadi pada hari ke-3 dan pelepasan bakteri dari biofilm terjadi setelah hari ke-5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di RS terkait infeksi saluran kemih akibat pemakaian kateter dengan memerhatikan indikasi penggunaan kateter dan risiko pembentukan biofilm pada kateter serta  Program Pengendalian Resistensi Antibiotika (PPRA) dengan tidak memberikan antibiotik yang tidak perlu pada keadaan bakteriuri yang tidak bergejala pada penggunaan kateter.

Pemaparan hasil penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Wani Devita Gunardi, SpMK(K) pada sidang promosi doktoralnya, Senin (1/7/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Prediktor Pembentukan Biofilm di Kateter Urin: Kajian terhadap Genotip Virulensi dan Fenotip Resistensi Antibiotik Eschericia colii” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji adalah Prof. Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MScdrAida Lydia, SpPD-KGH, PhDDodi Safari, PhD (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman); dan Prof. Dr. dr. KuntamanMS, SpMK(K) (Universitas Airlangga).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Wani Devita Gunardi, SpMK(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI.

Melalui sambutannya, promotor Prof. dr. Amin Soebandrio, PhD, SpMK(K) dan ko-promotor Prof. dr. Rainy Umbas, SpU(K), PhD serta dr. Anis Karuniawati, SpMK(K), PhD berharap melalui penelitian ini lahir panduan informasi bahwa para pasien pengguna kateter ≥ 3 hari sebaiknya dilakukan pemeriksaan urinalisis bakteriuria untuk menilai terjadinya bakteriuria pasca kateterisasi sebagai acuan kemungkinan telah terbentuknya biofilm pada kateter.

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: