Representasi Politik Perempuan Di Tingkat Lokal

Image: 

 

Representasi Politik Perempuan Di Tingkat Lokal

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) menggelar sidang terbuka Promosi Doktor Ilmu Politik dengan promovendus atas nama Lince Magriasti pada Rabu (20/1). Ia menyampaikan penelitian disertasinya dengan judul “Representasi Politik Perempuan Di Tingkat Lokal (Studi Pada Anggota Legislatif Perempuan Di DPRD Kota Padang Dan Kota Tanjungpinang Periode 2014-2019)”.Kota Padang dan Kota Tanjungpinang merupakan ibukota provinsi Sumbar dan Kepulauan Riau yang berada di Pulau Sumatera yang memiliki latar belakang budaya yang saling berkaitan. Pada Pemilu 2014, kedua daerah tersebut mengalami peningkatan jumlah keterwakilan perempuan yaitu di atas seratus persen. Hal ini diikuti dengan keberadaan anggota legislatif perempuan di alat kelengkapan dewan pada posisi yang strategis dalam pengambilan keputusan.Namun demikian, peningkatan kuantitas anggota legislatif perempuan di dua daerah tersebut masih belum memenuhi kuota keterwakilan perempuan di legislatif. Dengan kuantitas dan latar belakang anggota legislatif perempuan terpilih, ternyata aktivitas perempuan Kota Padang tidak lebih baik daripada aleg perempuan Kota Tanjungpinang.Disertasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pencalonan perempuan di tingkat parpol, keterpilihan perempuan dan aktivitas politik caleg perempuan di DPRD Kota Padang dan Kota Tanjungpinang periode 2014-2019. Dengan menggunakan konsep representasi politik Pitkin kemudian dianalisis dengan menggunakan empat modal utama keterpilihan caleg perempuan.Pada akhirnya didapat kebaharuan dari tulisan ini bahwa meskipun ketentuan kuota keterwakilan perempuan dalam daftar pencalonan sama, namun persentase keterwakilan perempuan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh perjuangan politik perempuan di lembaga legislatif.Semakin tinggi representasi substantif perempuan di legislatif maka akan mempengaruhi keterpilihan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan representasi formal di dua daerah tersebut dalam pengisian caleg pada nomor urut dalam daftar pencalonan masih menjadi otoritas pimpinan partai. Perempuan lebih banyak ditempatkan di nomor urut 3 dan seterusnya.Representasi deskriptif aleg perempuan terpilih menunjukkan bahwa anggota legislatif perempuan nomor urut 1 masih menjadi caleg yang paling banyak terpilih. Modal keterpilihan anggota legislatif perempuan di dua daerah tersebut diuntungkan dengan modal ekonomi yang dimiliki baik secara individu ataupun keluarga. Modal politik juga menunjukkan bahwa masih adanya pengaruh politik keluarga dalam pencalonan perempuan dan faktor caleg incumbent terpilih kembali lebih baik di Kota Tanjungpinang.Modal simbolik yang dilihat dari tingkat pendidikan, anggota legislatif perempuan terpilih di Kota Padang lebih baik karena mayoritas sarjana bahkan ada yang S2 dan S3. Sementara itu modal sosial caleg perempuan incumbent yang terpilih lagi pada Pemilu 2014, lebih baik di DPRD Kota Tanjungpinang karena dari 3 incumbent pada periode 2009, semuanya terpilih lagi pada Pemilu 2014. Penyebabnya adalah representasi substantif aleg perempuan di DPRD Kota Tanjungpinang dalam melaksanakan aktivitas politik mereka di masyarakat dan kebijakan yang responsif gender yang disahkan.Kebaharuan dari tulisan ini, diperoleh dengan melihat kondisi masyarakat yang heterogen di Kota Tanjungpinang, ternyata memberikan kesempatan lebih baik bagi perempuan untuk terpilih di legislatif dibandingkan kondisi masyarakat yang homogen di Kota Padang.

Kategori Target Audience: 
Kategori Konten: 
Sumber Informasi: