Memaknai 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia

 

Memaknai 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia

Kamis (20/8/2015), Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) bekerja sama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) cabang Jakarta serta Perkumpulan Prodi Sejarah se-Indonesia dengan dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menggelar seminar internasional bertajuk, “Memaknai 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia di Tengah Dunia yang Berubah dalam Perspektif Sejarah”. Seminar ini menghadirkan pembicara utama Presiden RI Periode 2004-2014, yaitu Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti.

Ada dua hal yang menjadi poin utama dalam pemaparan SBY. Poin pertama adalah Refleksi Kesejarahan dan yang kedua adalah Proyeksi Masa Depan Negara Indonesia. SBY mengawali pemaparannya dengan mengajak peserta seminar melihat kembali ke puluhan tahun silam, tepatnya pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia.

Terkait sejarah kemerdekaan Indonesia, SBY melihat keadaan secara global, dalam artian keadaan atau suasana politik negara lain pada masa itu. Pada masa Indonesia berjuang meraih kemerdekaan, dunia internasional juga tengah menghadapi gerakan besar, yakni gerakan antikolonialisme dan anti-imperialisme. Semangat menghapus kolonialisme dan imperialisme yang berkembang di dunia tersebut menjadi salah satu cambuk penyemangat bagi bangsa Indonesia sehingga mampu membebaskan diri dari penjajahan.

Perjuangan bangsa Indonesia meraih kehidupan yang lebih baik di segala bidang tidak berhenti pascaproklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Kemerdekaan itu menjadi momentum baru bagi kehidupan dan perjuangan bangsa indonesia. SBY menuturkan, setelah Indonesia merdeka, bangsa ini dihadapkan pada tantangan dan permasalahan besar. Masalah itu di antaranya meliputi kelanjutan semangat dan gerakan antikolonialisme, proses state building dan nation building yang tidak mudah diterapkan, benturan paham dan ideologi yang masih berlanjut, serta krisis politik, demokrasi dan sistem ketatanegaraan.

Sementara itu, dalam kurun waktu 70 tahun setelah merdeka, Indonesia telah mengalami bebeberapa pergantian rezim, yaitu orde lama, orde baru, dan pemerintahan pascareformasi. Sesudah reformasi, terdapat perubahan jiwa dan napas konstitusi baru. Hal itu ditandai dengan kekuasaan presiden yang dikurangi, kekuasaan parlemen ditambah, hak rakyat diperbesar, dan kewenangan daerah untuk memajukan daerah yang juga diperbesar.

Setelah memaparkan perjalanan sejarah Indonesia, SBY memproyeksikan perjalanan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Perjalanan tersebut akan diisi dengan upaya mewujudkan cita-cita nasional, aktualisasi dan implementasi Pancasila, serta menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Dalam mewujudkan cita-cita nasional, seluruh elemen masyarakat sudah semestinya melakukan penghayatan dan pengamalan Pancasila.

“Pendapat dan keyakinan saya adalah Pancasila yang terbaik bagi Indonesia” SBY menekankan. Negara yang hendak dicapai berdasarkan Pancasila adalah negara yang memiliki masyarakat relijius dan menjadikan agama sebagai nilai kehidupan. Persatuan yang didasarkan Pancasila adalah persatuan yang dilandasi semangat toleransi antarsesama masyarakat, termasuk toleransi dalam kehidupan beragama.

Pada akhir pemaparannya, SBY berharap, peserta khususnya mahasiswa yang hadir saat itu dapat menjadi generasi yang memajukan bangsa dan negara Indonesia. Ia juga berharap, dengan kerja keras semua pihak, pada tahun 2045, Indonesia dapat menjadi negara yang kuat.

 

Penulis: Kelly Manthovani

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: