Peran Perempuan dalam Perekonomian Asia

 

Peran Perempuan dalam Perekonomian Asia

Kamis (1/10/2015), FEB UI bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) menyelenggarakan Seminar “Asian Development Outlook 2015 Update: Enabling Women, Energizing Asia”. Seminar ini membahas dua topik utama, yaitu peran perempuan dan kesetaraan gender dalam mendukung proses ekonomi di wilayah Asia dan perkembangan ekonomi secara global dari sudut pandang ADB. 

Beberapa pakar dengan latar belakang ekonomi dan demografi menjadi pembicara dalam acara ini, yaitu Priasto Aji, M.Sc. selaku Senior Economics Officer dari ADB Indonesia, Edimon Ginting, Ph.D. selaku Deputy Country Director ADB Indonesia, Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto selaku Guru Besar FEB UI, Prof. Ari Kuncoro, Ph.D. selaku Dekan FEB UI, Prof. Sri Murtiningsih S. Adiotemomo, Ph.D. selaku Ketua Program Pascasarjana Kependudukan dan Ketenagakerjaan FEB UI sekaligus pakar di bidang demografi.  

Mewakili ADB, Priasto memaparkan hasil kajian ADB tentang keterlibatan perempuan dalam dunia ekonomi. Dari data yang dikumpulkan, terlihat bahwa ada kemajuan yang signifikan dari sisi pendidikan dan kesehatan perempuan di seluruh dunia. Namun, hal ini tidak serta-merta mengurangi ketimpangan partisipasi perempuan di dunia kerja. Tercatat, partisipasi perempuan di dunia kerja berkurang dari 56% di tahun 1990 menjadi 49% di tahun 2013. Penurunan ini lebih banyak terjadi di negara berkembang, seperti kebanyakan negara-negara Asia, dibanding dengan negara maju.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keterlibatan perempuan di dunia kerja adalah norma sosial dan budaya. “Di banyak perusahaan, ketika ada kandidat perempuan dan laki-laki bersaing memperebutkan suatu posisi, maka perusahaan masih cenderung memiliki laki-laki,” ujar Priasto.

Hal ini diakui pula oleh pakar demografi, Murtiningsih. “Masyarakat patriarki memang menganggap perempuan lebih cocok bekerja di wilayah domestik saja. Namun, ketika perempuan berhasil masuk ke dunia pekerjaan pun, banyak stereotype yang menghantuinya, seperti anggapan perempuan akan sering cuti karena mengurus keluarga,” tutur perempuan yang kerap disapa Tuning ini.

Padahal, semakin banyak perempuan yang masuk ke dunia kerja, akan semakin tinggi pendapatan per kapita yang diperoleh, terutama bagi Indonesia yang akan menikmati bonus demografi. “Setengah dari populasi yang termasuk dalam bonus demografi Indonesia nantinya adalah perempuan,” kata Murtaningsih.

Untuk mencapai hal itu, kedua pakar ini memberi beberapa rekomendasi untuk pelibatan perempuan di dunia kerja. Beberapa rekomendasi kebijakan yang disarankan oleh ADB antara lain menyediakan pendidikan dan pelatihan yang spesifik dan sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja, menghilangkan hambatan berupa peraturan legal yang masih mendiskriminasi perempuan, serta meningkatkan mobilitas dan keamanan perempuan lewat pembangunan infrastruktur yang bersifat family-friendly.

Rekomendasi ini juga ditanggapi positif oleh Murtaningsih. Namun, ia tetap mengingatkan, “Upaya-upaya ekonomi yang diambil ini jangan sampai berujung pada eksploitasi perempuan di pasar tenaga kerja. Karena bagaimana pun, perempuan memiliki double burdens, ia dituntut terlibat dalam kegiatan ekonomi sekaligus punya tanggung jawab mengurus rumah tangga.”

 

Penulis: Dara Adinda Kesuma Nasution

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: