Doktor FKMUI meneliti Pengendalian TB Berbasis Masyarakat: Pemberdayaan Santri Sebagai Agen Perubah di Pondok Pesantren Kabupaten Garut Jawa Barat

Image: 

 

Doktor FKMUI meneliti Pengendalian TB Berbasis Masyarakat: Pemberdayaan Santri Sebagai Agen Perubah di Pondok Pesantren Kabupaten Garut Jawa Barat

Rabu, 11 Januari 2017 di ruang Promosi Doktor Gedung G Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia digelar sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Asep Surahman dari Program Doktoral Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Asep Surahman mempertahankan disertasinya dengan judul “Pengedalian TB Berbasis Masyarakat: Pemberdayaan Santri Sebagai Agen Perubah di Pondok Pesantren Kabupaten Garut Jawa Barat”. Sidang promosi doktor kali ini dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita, MPH, dihadiri oleh Prof. Dr. dr. Sudijanto Kamso, SKM, Prof. Dr. dr. Purwantyastuti, MSc, SpFK dan Prof. dr. purnawan Junadi sebagai promotor san kopromotor, serta Dr. drg. Ella Nurlaela Hadi, M.Kes, dr. Suwarta Kosen, MPH, Dr.PH, Dr. drs. H. Nana Mulyana, M.Kes, dan Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes sebagai tim penguji.

 

Kejadian TB tidak saja terjadi pada populasi umum, namun juga terjadi pada komunitas tertentu seperti institusi pendidikan, salah satu contohnya adalah komunitas pondok pesantren. Kondisi kehidupan sosial di pesantren umumnya ditandai dengan intensitas kontak yang tinggi dan berbeda dibanding sekolah umum. Kondisi ini menimbulkan kondisi rentan terhadap penularan M.tb (Myccobacterium Tuberculosis). Rendahnya kesadaran para santri terhadap gejala TB berupa batuk-batuk lebih dari 14 hari dan masih rendahnya akses terhadap layanan kesehatan merupakan masalah tersendiri di lingkungan pesantren. Menghadapi permasalahan rendahnya aksesibilitas dan cakupan TB serta terbatasnya sumber daya kesehatan, maka diperlukan upaya pengendalian TB berbasis masyarakat (community) berupa kader TB sebagai solusi.

 

Di Garut, tempat Asep Surahman melakukan penelitian, sejak 2013 hasil capaian program TB belum mencapai target nasional yaitu dibawah target 70 %. Permasalahan yang hampir sama dengan kondisi secara umum di Indonesia yaitu terbatasnya sumber daya kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mampu menjaring dan mengawasi penderita ditingkat lapangan. Dengan melibatkan santri sebagai kader TB di pondok pesantren merupakan inovasi dalam upaya active case finding, dimana para santri kader TB akan bertugasmembantu layanan kesehatan, maupun menjembatani suspek dan penderita TB untuk akses ke fasilitas kesehatan.

 

Hasil penelitian Asep Surahman menemukan bahwa pemberdayaan santri sebagai kader TB berhasil meningktakan akses layanan TB dan menemukan kasus TB yang belum terjangkau petugas kesehatan. Strategi ini dinilai cukup berhasil, terbukti adanya peningkatan jumlah kunjungan suspek TB dan temuan TB positif di fasilitas kesehatan.

 

Atas kemampuannya mempertahankan hasil disertasinya Asep Surahman berhasil mendapatkan sertifikat kelulusan dengan predikat cum laude sekaligus menjadi Doktor dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat FKMUI yang ke 226.

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: 
Sumber Informasi: