Beri Kuliah Umum di UI, Aktivis Lingkungan Kenamaan India Bahas Sistem Pangan

 

Beri Kuliah Umum di UI, Aktivis Lingkungan Kenamaan India Bahas Sistem Pangan

Senin (18/8/2014), Universitas Indonesia bersama Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) dan Mantasa menyelenggarakan kuliah umum mengenai permasalahan sistem pangan di dunia. Kuliah umum ini menghadirkan aktivis lingkungan kenamaan asal India, Dr. Vandana Shiva, sebagai pembicara. Kuliah yang berlangsung di Balai Sidang UI ini dihadiri lebih dari 200 peserta dari dalam dan luar UI.

Selain seorang aktivis, Vandana Shiva adalah juga seorang filsuf, penulis, eco-feminis dan ilmuwan yang telah menerima banyak penghargaan. Sepanjang kiprahnya, ia pernah mendapatkan The Right Livelihood Award (Alternative Nobel Prize), Time Magazine's Environmental Hero, dan The Sydney Peace Prize.

Vandana Shiva sudah sejak lama melakukan kampanye terkait permasalahan sistem pangan di dunia. Ia memiliki kepedulian besar terhadap cara pertanian monokultur yang menurutnya tidak mengindahkan keanekaragaman hayati. Dampak yang ditimbulkan dari sistem tersebut adalah kerusakan alam dan meningkatkannya angka kelaparan.

Lebih lanjut, ia mengatakan, sistem tersebut rentan terhadap monopoli dan intensifikasi yang justru merusak. Selain itu, jika terserang hama atau cuaca buruk, pertanian monokultur dapat hancur dan produksinya akan jauh menurun. “Pertanian monokultur tidak mengindahkan potensi keanekaragaman hayati,” kata Vandana Shiva.

Di India, usahanya mewujudkan kemandirian petani dan kedaulatan pangan menjadi catatan keberhasilan tersendiri. Vandana menanam setidaknya tujuh hingga 12 jenis tanaman pada satu lahan untuk menjamin keanekaragaman hayatinya. Hal tersebut dapat menciptakan keseimbangan. Berkat usahanya tersebut, ia berhasil mengembangkan pengetahuan masyarakat dan membantu membangun ketahanan pangan. “Dengan usaha ini, kami berhasil memberi makan India,” kata dia lagi.

Selain itu, Vandana Shiva juga peduli terhadap persoalan monopoli benih. Hal ini menurutnya berdampak besar tak hanya bagi petani, tetapi juga masyarakat secara luas. Monopoli benih antara lain menyebabkan tingginya harga pangan, sulitnya akses terhadap makanan yang sehat dan aman, meningkatnya risiko pemanasan global dan angka kelaparan. Oleh karena itu, solusi terhadap masalah tersebut menurutnya perlu dilakukan secara serius. (KHN)

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: