Bincang Sore Series #2 : Kebijakan Keuangan Perusahaan dalam Pandemi Covid 19

 

Bincang Sore Series #2 : Kebijakan Keuangan Perusahaan dalam Pandemi Covid 19

Bincang Sore Series #2 : Kebijakan Keuangan Perusahaan  dalam Pandemi Covid 19

 

Hana Fajria –  Humas FEB UI

Depok –  Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia bersama Tim Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA) FEB UI menggagas acara Bincang Sore Bersama FEB UI dengan webinar, pada Selasa (5/5/2020).

Kegiatan ini dibuka oleh Teguh Dartanto, PhD., Wakil Dekan I FEB UI, “Kegiatan bincang sore ini ialah bagian dari upaya FEB UI untuk selalu berkontribusi terhadap pembangunan, kondisi negara, kepedulian kita terhadap bangsa dan Negara. Latar belakang ini membuat kami mengusulkan untuk mengadakan seri diskusi setiap minggu yang topiknya akan berbeda. Topiknya luar biasa, layak simak, sehingga saya sendiri ikut belajar meskipun bukan di bisnis tapi bagaimana juga, entitas fakultas adalah sebuah entitas “bisnis pendidikan,”  sehingga kita perlu belajar  bagaimana mengatur isu keuangan ini. Selamat menyaksikan, semoga ada manfaat bagi kita semua”, sambut Teguh.

Bincang Sore seri 2 ini menghadirkan Dr. Vera Diyanti, CA (Kepala  PPA FEB UI) dan Tim PPA FEB serta  Projo Sunarjanto, S.E., M.Ak. UI (Dosen Akuntansi FEB UI dan President  Director PT.  Adi Sarana Tbk.). Yulianti Abbas, Ph.D  Kepala Pascasarjana Akuntansi FEB UI menjadi moderator pada bincang sore ini. Topik yang diangkat ialah Kebijakan Keuangan Perusahaan dalam Pandemi Covid 19.

Vera Diyanti sebagai pembicara pertama, mempresentasikan mengenai dampak global Covid 19 pada kinerja keuangan.  Di awal Vera mengutip dari  International Monetery  Fund, Kristalina Georgiva (2020): ekonomi dunia sedang mengalami resesi yang disebabkan oleh pandemi Covid 19. Menurut Vera, strategi yang bisa dilakukan oleh perusahaan, yaitu pertama membuat stress test  yang bertujuan untuk mengidentifikasi  area-area kerentanan dan kelemahan  dalam bisnis sehingga  dapat dirancang dan diimplementasikan rencana-rencana untuk mengatasi secara cepat dan proaktif.  Kedua, mengelola cash flow dengan cost efficiency. Efisiensi hanya dilakukan atas komponen yang tidak akan berdampak terhadap long-term competitiveness dari perusahaan. Di sini  divisi legal/commercial sangat berperan, agar dalam pembuatan adendum atau terminasi atas kontrak baik terhadap pelanggan/supplier/karyawan kontrak dapat menghindari atau meminimalisir potensi denda atau konsekuensi hukum lainnya. Ketiga. melakukan strategi sumber pendanaan yang tepat, dan keempat melakukan  komunikasi yang tepat dalam laporan keuangan.

Projo menambahkan mengenai strategi dalam menghadapi pandemic Covid 19 dari sisi dampak ekonomi makro. Ia mengatakan, kita sedang mengalami krisis dunia, baik itu krisis kesehatan, krisis ekonomi, krisis  pangan dan krisis sosial.  Gross Domestic Product (GDP)  kita tergantung pada consumption, investment, government spending, dan net export. Namun semua sedang mengalami penurunan, hal ini karena supply and demand gap, semua karena skala ekonomisnya tidak tercapai jadi macet. Contohnya, supply chain global dan domestik terganggu, larangan bekerja (PSBB), biaya produksi yang relatif meningkat, kelangkaan sumber dana, isu import dan logistic (darat, laut dan udara), harga minyak menurun drastis. “Semua industri kesulitan Mark to Market karena market sedang tidak normal.  Appraisal dan jasa
penunjang lainnya tidak bisa bekerja normal, pencadangan piutang tak tertagih, Debt Equity Ratio dengan PSAK 73 dan going concern dalam judgement sangat sulit di kuantifikasikan “, ujarnya.

Projo memberikan poin-poin strategi umum perusahaan dalam melewati dampak pandemi, di antaranya yang harus diperhatikan untuk poin High Level Agenda atau Agenda Tingkat Tinggi :

 

  • Model Bisnis (aset berat / utang / arus kas / pembuangan aset parsial / penyesuaian skala bisnis)
  • Keuangan Korporat (profitabilitas, rasio aset tunai, rasio D / E)
  • Analisis Masa Depan (mitigasi pengumpulan AR tertunda, paparan bisnis pelanggan ke Covid-19)
  • Rencana Perluasan (tahan sementara)
  • Jaring Pengaman (rencana B, rencana C, sumber pendanaan alternatif)
  • Uang adalah raja (lebih mengutamakan arus kas daripada keuntungan atau harga saham perusahaan)
  • Memanfaatkan skema pajak (semua pengurangan dan pembebasan pajak)
  • Mempersiapkan restrukturisasi hutang (biaya vs ketersediaan dan fleksibilitas, rekam jejak, selera industri, GCG, tim manajemen)

 

Income Statement Initiatives atau Inisiatif Laporan Penghasilan :

  • Penjualan (eksplorasi ceruk pasar, bundling, berlangganan)
  • COGS (negosiasi ulang, keterlambatan pengiriman, pembayaran, dan penetapan harga material, tenaga kerja kecil)
  • Overhead (memikirkan kembali penyusutan dan biaya hangus, berkolaborasi dengan perusahaan lain)
  • OPEX (meminimalkan biaya angkut barang jadi, menegosiasikan sewa ruang dan asuransi)
  • Bunga (negosiasi suku bunga, progresif)
  • Pajak (ikuti insentif dari program relaksasi pajak)

 

Balance Sheet Initiatives atau Inisiatif Neraca :

  • Uang tunai (setoran di bank utama)
  • AR (mendiskontokan / memfaktorkan jika mungkin, pembiayaan rantai pasokan)
  • Persediaan (sulit dijual, kecuali ada diskon yang signifikan, kecuali barang-barang kebutuhan dasar dan perawatan kesehatan)
  • Pembayaran di muka (minta tenggang waktu, kembalikan uang jika mungkin)
  • Aktiva Tetap (jual dan beli kembali tanah dan bangunan non-jaminan selama 10 tahun, maksimalkan pemanfaatan mesin)
  • Niat Baik (merek, paten, dan merek dagang dapat dijual sebagian)

Liabilities and Equity Initiatives atau Inisiatif Liabilitas dan Ekuitas :

  • Pinjaman AP jangka pendek (minta TOP lebih lama, bayar sebagian, perdagangan dengan inventaris atau lainnya)
  • Hutang jangka pendek lainnya (minta masa tenggang gratis, jangka waktu pembayaran restrukturisasi)
  • Pinjaman Bank (dikonversi menjadi jangka panjang, tetapi membayar bunga dan sebagian pokok)
  • Pinjaman bank jangka panjang (persyaratan restrukturisasi, bunga, dan perjanjian)
  • Obligasi (pembiayaan kembali dengan jangka waktu yang lebih menarik bagi investor)
  • Ekuitas (pinjaman pemegang saham atau penempatan pribadi jika memungkinkan)

“Beberapa alasan mengapa kita harus optimis yakni: melihat jumlah penduduk yang besar merupakan market domestic yang bisa terus tumbuh, kita tetap fokus pada market dalam negeri. Kemudian, populasi angkatan muda dan kelas menengah yang besar merupakan modal untuk pertumbuhan ekonomi. Pemerintah sudah menerapkan protokol untuk pencegahan penyebaran covid dan telah menunjukkan hasil yang baik, dari sisi global beberapa negara sudah mulai membuka ekonominya sehingga sehingga supply chain dan distribusinya akan mulai bergerak kembali, juga peran semua lembaga yang bekerjasama untuk menemukan vaksin dan obat Covid. Semoga kita bisa melewati masa pandemi ini”, tutup Projo. (hjtp)

Berikut link video acara Bincang Sore Seri #2 :

https://drive.google.com/file/d/1WSZmDDR5tx09LlJ87sywX3SiyB3mp18E/view?u...

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: