Kuliah Umum: Sastra Kontemporer di Indonesia-Malaysia

 

Kuliah Umum: Sastra Kontemporer di Indonesia-Malaysia

Program Pascasarjana Departemen Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menggelar kuliah umum bertajuk “Contemporary Indonesian/Malay Literature and Its Role in Shaping Southeast Asian Common Culture in the Globalized Era”, Kamis (25/9/2014), di Auditorium Gedung I FIB UI. Prof. Dr. Jan van der Putten (dosen dari Universitas Hamburg) menjadi pembicara tunggal dalam kuliah umum ini.

Dalam presentasinya, Putten berbicara tentang perkembangan kesusastraan modern di Indonesia. Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh kolonial modern yang mengenalkan secara “paksa” genre baru, misalnya cerpen dan novel. Sementara itu, Indonesia sudah memiliki bentuk-bentuk kesusastraan lokal, misalnya pantun, gurindam, atau syair.

Genre baru ini seolah-olah dijadikan patokan sebagai bentuk yang paling beradab. Hal inilah yang pada akhirnya melahirkan pembagian angkatan dalam kesusastraan. Produksi novel-novel lokal ini berperan penting dalam kesusastraan era poskolonial di Indonesia.

Pada era poskolonial, sastra kanon menjadi bahasan penting sebagai pembeda antara produk lokal dan bukan lokal. Pembedaan ini misalnya untuk memisahkan karya sastra yang Sino-Malaysia atau Indo-Eropa. Tentu saja, pemilihan sastra kanon ini melalui beberapa tahapan dan prasyarat.

Setelah ada beberapa karya sastra yang dianggap sebagai sastra kanon, penerjemahan ke dalam bahasa asing dianggap sebagai pengacau kemurnian budaya nasional dan mungkin akan mengontaminasi budaya nasional dengan budaya asing yang masih dianggap bahaya. Akan tetapi, penerjemahan tidak dapat dihindarkan agar alih wahana dari novel ke dalam film dapat dilakukan. Pada saat itu, Indonesia belum mampu membuat film di dalam negeri.

Dalam kuliah tersebut dijelaskan pula bahwa genre yang paling banyak diminati untuk diadaptasi ke dalam sebuah film adalah horor. Film horor terhubung dengan kepercayaan umum terhadap hantu dengan pola-pola yang hampir sama pada setiap negara, khususnya di Asia Tenggara. Formula film horor biasanya tidak terlepas dari tatanan harmonis—kekacauan yang disebabkan oleh arwah—kembali harmonis atas bantuan pendeta atau ustad. Bagaimanapun, film horor adalah film yang paling banyak diminati dan menjadi komoditas yang paling cepat laku. (FSN)

(Ilustrasi: www.gettyimages.com)

Kategori Target Audience: 
Kategori Fakultas: 
Kategori Konten: